Sabtu, 09 April 2022

ASI dan Perkembangan Otak Anak


Oleh : FADHIA TURRAHMAN

Kontakpublik.id - Ada beberapa kejadian yang saya alami ketika mengajar di sebuah SMK swasta di kabupaten Pandeglang yang akhirnya memicu keingintahuan saya terhadap perkembangan otak siswa terutama di daerah pinggiran kabupaten Pandeglang dan Lebak.

Kejadian 1 : Ketika membahas tugas tentang perencanaan usaha, salah seorang siswa kelas 3 bertanya “bu, satu juta itu nol nya berapa?” awalnya saya berfikir bahwa siswa tersebut bercanda. Tapi ketika saya menghampiri meja siswa tersebut, ternyata kertasnya memang masih kosong dan sang anak masih kebingungan.

Kejadian 2 : Masih dalam materi perencanaan usaha saya bertanya kepada siswa “1 hektar itu berapa meter?” ada yang menjawab 1000 m. Ada yang menjawab 100 m. Karena tidak ada siswa yang menjawab dengan benar saya bertanya lagi “1 meter itu berapa sentimeter? Pertanyaan ini pun banyak yang menjawab salah.

Tidak jarang saya harus mengulang sampai 4 kali materi yang sama supaya dapat diserap siswa.
Hipotesa pertama yang muncul dalam pikiran saya adalah daya serap mereka sangat rendah (IQ nya rendah). Kemungkinan ada masalah dalam masa awal perkembangan otak anak. Kemudian saya mencoba menelusuri pola pemberian ASI yang biasa dilakukan masyarakat. saya menemukan 2 masalah yang berkaitan dengan rendahnya pemahaman orang tua terhadap perkembangan otak anak, yaitu. 

1. memberikan makanan padat seperti pisang, bubur, dan biskuit sebelum usia 6 bulan. 

2. menyapih anak ketika anak sudah bisa berjalan, yaitu berkisar usia 9 bulan sampai 1 tahun. Dasarnya adalah program pemerintah tentang pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan ayat di dalam Al-Quran surat Albaqarah ayat 233 yang artinya ”dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya sampai dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna.... Kenapa harus ASI ekslusif selama 6 bulan?

Peraturan pemerintah no 33/2012 tentang pemberian ASI ekslusif yang isinya “ setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI ekslusif kepada bayi yang dilahirkannya”
Pemerintah mengikuti anjuran WHO (Badan Kesehatan Dunia) yang menyarankan pemberian ASI sampai 6 bulan untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi yang optimal. 

Penjelasan dari peraturan pemerintah tersebut adalah melindungi bayi dari risiko diare, pneumonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis, infeksi saluran kemih dan penyakit kronis di masa depan seperti diabetes mellitus tipe 1.

Peran ASI terhadap kecerdasan 
Air susu ibu selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, juga mengandung nutrien khusus seperti taurin, laktosa, Arachidonic Acid (AA), Docosahexanoic Acid (DHA), omega 3, omega 6, kolin, dan triptofan yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal untuk membantu proses sinaptogenesis dan proses mielinisasi. Semakin banyak sinaps antara sel-sel saraf semakin kompleks pula kemampuan menerima, mengolah, menyimpan, dan menjawab rangsang yang diterima oleh sel saraf. 

Secara umum jumlah sinaps meningkat pesat antara usia 3-4 bulan, kemudian terjadi hubungan dengan pusat pengolahan informasi penglihatan sampai usia 6 bulan.
Salah satu nutrisi yang berperan dalam tumbuh kembang anak adalah asam lemak esensial. Bila kekurangan asam lemak esensial, maka sel neuron akan kekurangan energi untuk proses tumbuh kembangnya. Pembentukan dinding sel neuron terhambat sehingga sel tidak mampu menampung muatan komponen sel neuron normal. 

Sel neuron akan kehilangan pengorganisasian dan kemampuan koneksi normal di antara sel-selnya. Taurin, DHA, dan AA merupakan kandungan yang penting dalam ASI. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmiter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.

Docosahexanoic Acid dan Arachidonic Acid adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (Polyunsaturated Fatty Acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Kadar DHA dan asam arakidonat pada bayi yang mendapat susu formula standar dan bayi yang mendapat ASI dilaporkan bahwa persentase DHA dan AA pada plasma dan eritrosit bayi yang mendapat susu formula lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Otak bayi yang mendapat ASI memiliki persentase DHA yang lebih tinggi dari pada bayi yang mendapat susu formula.

Melalui pemberian ASI sampai usia (2) Dua tahun dapat mempercepat penurunan angka kematian anak dan sekaligus meningkatkan status gizi anak yang pada akhirnya anak meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popole korban tumpahan Batubara. Petugas miliki Hak ajukan kerugian

Kontakpublik.id, PANDEGLANG - Jika memang benar adanya, Hamparan  Pantai Popole dicemari atau tercemar, atau dikotori oleh sesuatu, contohny...