kontakpublik.id. JAKARTA-Presiden Republik Indonesia (RI), merupakan pemegang kekuasaan Pemerintahan, sekaligus sebagai Perwakilan Negara Tertinggi di Indonesia, secara kelembagaan Presiden menjalankan Fungsi Eksekutif dalam Pemerintahan Indonesia, sebagai Kepala Negara sebuah jabatan Individual atau Kolektif yang mempunyai peranan sebagai Wakil Tertinggi dari sebuah Negara seperti Republik, Monarki, Federasi, Persekutuan Atau bentuk-bentuk lainnya.
Namun untuk menjadi Presiden RI tidak seperti membalikan sebuah telapak tangan melainkan harus melewati masanya Bakal Calon (BALON) lalu menjadi Calon setelah itu Calon Tetap, barulah Pemilihan Umum, memilih dan terpilih. Mengutip Catatan Abu Bagus, pada Selasa (09-05-2023) di Jakarta.
Begini:
Pada 2019 saya pemilih Prabowo-Sandi. Catatan saya untuk Sandi, orang ini muda, energik, berpendidikan dan integitas kebangsaannya jelas. Pekerja keras dan visinya oke punya. Beberapa Statemennya realistis, tidak verbalistis seperti Umumnya Politikus.
Kini, Sandi berbeda. Dia masuk sekolam dengan Jokowi menyusul Prabowo. Sejak saat ini, Prabowo dan Sandi tersisih dari hati banyak pemilihnya. Tapi ini hanya faktor emosional. Karena untuk memilih pemimpin tidak melulu pertimbangan emosional. Bahkan ini menjadi pilihan kesekian.
Begini kalkulasi saya tentang Sandi.
Pertama, dia masuk menjadi wakilnya Ganjar. Kendaraannya adalah PPP. Kalau begini dia memang benar-benar memilih adem sekolam. Dan di sini patut Sandi diwaspadai. Karena gerak geriknya merongrong basis suara pemilih Anies.
Kedua, dia yang muda, energik dan masih punya masa depan panjang sebetulnya masih berpeluang untuk bargaining. Setidaknya, dia akan “bermanuver” melalui PPP. Asal Dia tidak takut berhadap-hadapan dengan Jokowi. Dia bisa berhadap-hadapan dengan Prabowo. Dan dia masih punya potensi untuk menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi kekuatan kecil yang cantik.
Potensi ini bisa juga dimainkan oleh Cak Imim. PKB dan PPP adalah dua partai yang punya basis kuat di komunitas muslim, juga punya latar belakang sejarah yang gemilang. Seandainya kedua tokoh muda ini punya nyali, dia masih punya peluang untuk ada di barisan Koalisi Perubahan.
Sehingga seandainya Muldoko berhasil”nyopet” (istilah Denny Indrayana) partai Demokrat, itulah istana baru Sandi dan Cak Imin di koalisi perubahan. Politik itu membutuhkan momentum. Saya yakin Sandi harus bisa membaca peluang itu. Cak Imin juga semestinya berani menghapus bayang-bayang kardus durian.
Ayo Sandi dan Cak Imim, jangan mau tergiring arus. Bebek bubul aja bisa sesekali berani melawan derasnya air sungai. (Rudi Bako)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar