kontakpublik.id, JAKARTA-Negara Kesatuan dan Nama Kepala Negara atau kepala pemerintahan Indonesia dipimpin oleh presiden dalam sistem Parlementer,
kepala pemerintahan seringkali merangkap sebagai kepala negara dan bergelar presiden.
Melalui Goresan Pena Abu Bagus, yang ditulis pada Selasa (09-05-2023) di Jakarta, merangkaikan banyak kisah Politik yang mendalam soal Bakal Calon orang nomor satu di Indonesia, dalam catatanya.
Begini:
Menyongsong 2024 ,
Kontestasi tiga bakal capres makin seru. Setelah Ganjar diumumkan oleh PDIP sebagai capresnya, capres Gerindra Praborwo juga bergeliat kencang melakukan serangkaian komunikasi politik kepada para tokoh. Anies sebelumnya sudah secara menunjukkan fenomena kekuatan dukungannya dalam roadshow ke berbagai daerah.
So far kontestasi ini positif. Anies meminta pendukungnya untuk memposting karya, gagasan dan pemikiran yang positif dari calonnya. Bukan membuka aib dan keburukan lawan. Ganjar juga begitu. Para pendukungnya diminta untuk tidak menyebar hoaks. Sama ya ? Ya iya lah. Dua capres ini memang teman lama. Bisajadi sebelum mengeluarkan statemen itu mereka telponan dulu. Positif aja bray.
Kalau pada empat bulan terakhir Anies menguasai jagad media, kini Ganjar dan Prabowo yang menonjol. Anies selama sebulan sampai memasuki Iedul fitri lebih fokus pada kegiatan spiritual. Menjaga kesucian ibadah puasa. Kalaupun ada kunjungan, sifatnya yang bernuansa spiritual dan ibadah.
Saat ini Ganjar dan Prabowo masih diliputi persoalan koalisi mereka yang masih tarik menarik. Prabowo misalnya masih dibayangi Airlangga Hartarto, Muhaimin dan Mahfud MD sebagai cawapresnya. Ini enggak gampang mengerucutnya. Perlu proses. Salah dikit aja bisa menimbulkan gesekan yang bisa merugikan dukungan.
Begitu juga Ganjar. Dia cukup pede melangkah. Tinggal jalan saja, tanpa harus pusing-pusing ikut memilih. Sebagai petugas partai ia harus bisa dipasangkan dengan siapapun yang ditunjuk partai. Jadi yang memilih adalah para petingginya. Yang ngatur para petingginya.
PDIP bisa menyebut siapa saja untuk jadi cawapresnya Ganjar. Kalau tidak dapat cawapres dari luar partai, Ganjar tetap bisa menjadi calon meskipun PDIP menempatkan Trimedia Panjaitan, misalnya, yang akan mendampinginya kelak. Ini petugas. Yang ngatur ya bosnya. Petugas yang baik tidak protes apalagi menolak.
Tapi seandainya benar Ganjar digandengkan Sandi Uno, maka Anies menghadapi dua lawan sekandang. Sehingga suara nasionalis akan full di tangan Ganjar, sementara basis muslim pecah empat. Anies, Sandi, Prabowo dan Ganjar.
Ganjar atau PDIP faktanya memang masih punya pendukung dari kalangan Islam meski Megawati pernah bilang tidak butuh suara muslim, meski Mega tidak percaya hari akhir, meski Mega pernah nyinyir kepada Majelis Taklim sebagai penyebab stunting. Itu fakta politik. Tetap saja masih ada umat Islam di sana.
Harus diakui bahwa kekuatan besar ada pada Ganjar. Dia diusung partai pemenang pemilu, PDIP. Ada Istana didepannya, ada Jokowi, dan pastinya ada kekuatan finansial yang tidak terbatas. Bukankah selama ini uang menjadi elemen paling banyak menentukan bagi mereka yang ingin menang ? Prabowo dalam hal ini juga sama, sebelas dua belas.
Saran saya pendukung Anies jangan kecil ati. Kekuatan kalian ada ideologi perubahan. Luruskan saja niat untuk kebaikan, istikomah dalam perjuangan. Ingat, pada pilkada DKI 2017 putaran pertama Anis kalah, kemudian Allah membukakan jalan di putaran kedua, Anis Sandi memperoleh 57,96 persen. Meski saat itu, pusat-pusat logistic, partai-partai politik dan media ngumpulnya di pihak Ahok-Jarot.
Melengganglah dengan yakin, kemenangan itu buah. (Rudi Bako)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar