Kontakpublik.id,JAKARTA - Dasarnya Israel memang agresor, dalam kondisi perang melawan Palestina, mereka pun memperluas konflik dengan menyerang Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Damaskus hingga menewaskan 11 orang serta 2 orang Komandan dan Penasehat Militer Iran di Suriah. Ini cukup menjadi alasan bagi Iran bersikap membalas kekejian agresor Israel yang birahi memperoleh kekuasaan dan eksistensinya dalam pergaulan dan ambisi untuk tampil di tengah bangsa-bangsa lain di dunia.
Serangan balasan Iran terhadap kekejian Israel ini, patut dipuji, sebagai sikap kemerdekaan bagi setiap bangsa dan upaya mewujudkan janji dengan konsisten memberi pelajaran bagi Israel yang terkesan tidak tahu diri itu. Dan kecaman Sekjen PBB, yang mengutuk serangan balasan Iran ke Israel ini, menunjukkan sikap tidak netral -- atau bahkan terkesan berpihak -- sehingga patut disikapi oleh bangsa dan negara Indonesia yang menjunjung tinggi keadilan serta sikap kemanusiaan yang hendak melanggengkan penjajahan di dunia.
Sekjen PBB, Antonio Guterres menyatakan kutukannya secara terbuka atas serangan balasan Iran ini. Jika cuma sebatas seruan agar kedua belah pihak menghentikan konflik, masih dapat diterima oleh akal sehat.
Secara pribadi pun, Antonio Guterres tidak patut melontarkan kecaman terhadap Iran yang telah menjadi korban, bukan saja nyawa warga negaranya, tetapi juga marwah bangsa Iran secara keseluruhan.
Serangan balasan Iran terhadap kepongahan Israel pada Minggu malam, 14 April 2024 ini dapat menjadi peringatan keras, agar keculasan terhadap warga bangsa lain harus dijaga bersama, tidak boleh diperlakukan semena-mena oleh pihak manapun.
Komitmen Amerika Serikat yang kembali menegaskan untuk tetap mendukung Israel, ketika mengetahui serangan balik Iran dan ikut menghadang gempuran balasan Iran terhadap Israel, jelas sikap yang hipokrit. Sebab Amerika Serikat -- pada saat yang sama -- justru menekan China untuk segera menghentikan bantuannya terhadap Rusia melakukan ekspansi militer sejak semasa Uni Soviet untuk melawan Ukraina. Demikian The Guardian melaporkan, 13 April 2024.
Bahkan Amerika Serikat juga menghiba agar sekutu Eropa ikut menekan Tiongkok, lewat Kanselir Jerman, Olaf Scholz yang akan berkunjung ke Beijing akhir pekan ini serta kepada sejumlah menteri luar negeri G7 yang akan bertemu di Italia. Sebab hasil produksi senjata Rusia atas bantuan China amat sangat mencemaskan jika terjadi perang di Eropa.
Kecemasan Amerika Serikat, karena Tiongkok menyediakan lebih dari 70 persen peralatan mesin -- sekitar 900 juta dolar -- untuk peralatan perang Rusia tercanggih.
Jadi, PBB, Amerika Serikat dan tentu saja dajjal Israel tidak bisa dipercaya dan tak dapat menjadi sahabat dalam bentuk apapun. Karena mereka pun bagian dari agresor yang tetap birahi. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar