Kontakpublik.id,BANTEN-Anti Islamophobia yang telah diserukan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) pada 15 Maret 2022 tidak cukup meluas diketahui oleh Umat Islam di Indonesia yang jumlah dan suaranya lebih dominan untuk menggetarkan bumi Indonesia yang sepi dan terbungkam entah oleh apa gerangan penyebabnya.
Padahal, seruan PBB terhadap masalah Anti Islamophobia sudah menggema di seantero jagat. Lalu mengapa umat Islam di Indonesia terkesan tidak antusias menyambut seruan itu lantas menggaungkan pada setiap tanggal 15 Maret masuk dalam kalender nasional dan dijadikan hari libur nasional seperti yang sudah dilakukan dengan sangat gigih oleh Aspirasi Emak-emak Indonesia ?
Agaknya niat baik itu belum diketahui secara meluas oleh umat Islam di Indonesia, bahwa seruan PBB tentang Anti Islamophobia ini tidak dipahami sebagai nilai yang bergengsi dengan menempatkan perhatian dunia internasional terhadap Islam yang patut dan pantas dihormati sehingga dapat menjadi contoh yang baik untuk menghargai dan melindungi juga agama-agama yang lain agar supaya tidak dihina dan tidak dinistakan sebagai agama yang harus dimuliakan sebagai jalan petunjuk serta pembimbing umat menikmati kedamaian, ketenteraman serta kebahagiaan untuk hidup rukun dan saling menghormati antara umat beragama yang ada.
Sikap abai pemerintah Indonesia sendiri yang terkesan tidak perduli untuk mengapresiasi seruan PBB tentang Anti Islamophobia ini, hingga kemudian mau mempertimbangkan usulan Aspirasi Emak-emak Indonesia menetapkan tanggal 15 Maret masuk dalam kalendar hari libur nasional di Indonesia perlu diteriakkan lebih lantang dengan mengajak segenap tokoh nasional ikut bersuara. Kecuali itu, ekspose dari hasrat untuk menjadikan moment penting Anti Islamophobia ini masuk dalam kalender nasional dan menjadi hari libur nasional harus meluas. Ingat, isyarat dari pejabat di negeri kita ini; no viral no justice. Artinya, jika tidak viral, jangan pernah berharap petinggi di negeri kita ini mau perduli. Sebab kesibukan dan keasyikan mereka memiliki nilai tersendiri, dibanding dengan hal-hal yang dianggap tidak menghasilkan pundi-pundi. Maka itu, langit Indonesia harus digedor lebih keras lagi, agar mereka terperangah mendengar bisik peringatan dari Tuhan yang telah mereka abaikan juga.
Minimal kebisingan lewat diskusi, seminar dan sejenisnya yang bisa menjadi konsumsi media sebagai penebar suara rakyat yang selalu diabaikan, bisa sampai ke telinga dan mata hati para penentu kebijakan di negeri ini. Setidaknya, dengan pemberitaan dan harapan Emak-emak dari Aspirasi Indonesia bisa menjadi bunga mimpi mereka juga, bukan cuma mimpi kita belaka.(Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar