Kontakpublik.id, BANTEN- Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) serentak yang berlangsung pada 27 November 2024 akan dilakukan oleh 37 provinsi, 415 Kabupaten dan 93 Walikota di seluruh Indonesia. Artinya, Pilkada tahun 2024 akan menjadi semacam pesta orang daerah dengan ragam peluang yang dapat dilakukan untuk bersinergi dengan pihak lain. Di Lampung Timur misalnya kalangan seniman mampu ikut berperan melakukan sosialisasi program, sekaligus mengenalkan sosok kandidat yang hendak berlaga dalam Pilkada serentak ini. Jadi agak sulit diintervensi oleh pihak dari luar daerah, karena di daerahnya sendiri pun sedang melakukan hal yang sama, yaitu Pilkada.
Jadi memang, pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2024 ini dapat dijadikan pengajar sejauh mana partisipasi aktif warga masyarakat untuk menampilkan kreatifitasnya, seperti yang dilakukan kalangan seniman di Lampung Timur dengan mengadakan safari pementasan seni sambil mengusung sosok kandidat unggulannya untuk maju sebagai kompetitor dalam pesta demokrasi yang harus mampu dimaknai lebih baik oleh warga masyarakat setempat.
Karena seperti apapun kualitas dari pelaksanaan Pilkada di daerah tersebut akan menunjukkan juga kualitas warga masyarakat setempat mengaktualisasikan pemahaman dan pengertian demokrasi itu dalam kehidupan nyata -- bukan sekedar konsep atau wacana pemikir semata -- yang hasilnya dapat dinikmati bersama seluruh warga masyarakat sekitarnya. Karena itu, bagi insan pers juga bisa memaksimalkan peran dan fungsinya sebagai kontrol sosial melalui informasi dan publikasi serta komunikasi yang mampu dibangun oleh insan pers setempat untuk masyarakat agar dapat memilih calon terbaik secara lebih cerdas, kritis untuk mereka yang memiliki integritas dan kecerdasan spiritualitas yang baik.
Integritas seorang calon kepala daerah yang dapat dipercaya untuk menjalankan amanah rakyat, setidaknya harus memiliki kualitas kecerdasan spiritual yang mumpuni untuk menjaga etika, moral dan akhlak mulianya sebagai manusia yang mendapat kepercayaan dari rakyat untuk mengembangkan amanah serta aspirasi yang dicita-citakan oleh rakyat setempat. Oleh karena itu cukup relevan untuk lebih mengutamakan sosok putra atau putri daerah sendiri, ketimbang sosok mereka sebagai warga pendatang.
Kendati begitu, toh tidak mustahil dari penelisikan yang cermat ada sosok warga pendatang yang mampu untuk lebih meyakinkan bila dia memperoleh kepercayaan akan konsisten dan setia menjalankan amanah rakyat.
Jadi, peran media online yang kini bisa memiliki wilayah jelajah yang tidak terbatas, dapat berperan menjadi juru penerang bagi warga masyarakat untuk hal-hal yang mungkin belum mereka ketahui tentang sosok calon pemimpin yang akan segera dipilih oleh rakyat. Begitu juga dengan organisasi kemasyarakatan yang lain, sangat mungkin ikut berperan lebih positif seperti yang dilakukan kelompok kesenian di Lampung Timur itu dengan mengusung paparan program -- bukan cuma sekedar pentas kesenian semata -- sebab dengan berbagai cara untuk membangun kecerdasan warga masyarakat merupakan amanah konstitusi kita agar segenap warga bangsa Indonesia dapat terbebas dari kemiskinan, jadi bukan cuma bebas dari kebodohan seperti yang diamanatkan UUD 1945, yaitu harus dan wajib mencerdaskan kehidupan bangsa.
Atas dasar pertimbangan itu pula, kesenian "Jathilan" atau sejenis kuda lumping yang menjadi suguhan dalam upaya memperkenalkan sosok kandidat unggulan seperti di Lampung Timur itu, bisa lebih menyentuh sekiranya mengusung pula seni "Zikir Baru" yang bernuansa Islamis dengan tampilan sufi kontemporer yang masih dipelihara oleh masyarakat adat setempat. Setidaknya, dalam rangka kampanye calon yang menjadi unggulan, pasti akan memiliki nilai tambah sekiranya tim sukses dari seorang kandidat bisa menampilkan juga seni yang unik dan berkualitas lainnya seperti Zikir Baru yang mampu membuat suasana lebih sakral dan meriah dengan tetabuhan rebana yang kompak dan menghentak. Sebab hanya dengan begitu cara terbaik untuk menjadikan Pilkada serentak pada tahun 2024 bisa menyenangkan dan membahagiakan rakyat yang tengah didera kesulitan ekonomi yang parah.(Rudi Bako)
Editor: Rudi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar