Kontakpublik.id,PANDEGLANG Membangun itu perlu, menyempurnakan sesuatu yang dirasa kurang adalah harus, menyediakan fasilitas berdasarkan tuntutan Zaman adalah Wajib. Akan tetapi bukan berarti harus melupakan, mengabaikan, menelantarkan, apalagi membongkar, membumi hanguskan yang sebelumnya ada untuk dilupakan begitu saja. Jika di Area yang dibangun diketahui ada jejak historis yang konteksnya bagian dari sejarah , Periwayat fakta dari sebuah perjalanan, Bukti pekhabaran pada regenerasi. Bahkan Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno mengatakan. Jangan Sekali - sekali melupakan Sejarah." Demikian diutarakan Agung Maulana S.Pd. Saat terlibat perbincangan dengan Wartawan Selasa lalu ( 23/7/ 2024 ).
Akan tetapi apa yang dikatakan Alumnus Universitas Pendidikan Indonesia itu cukup Kontradiksi dengan kondisi yang belum lama ini terjadi. Terkait Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuan. Yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Desa Labuan Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Seperti diketahui khalayak. Pembangunan RSUD tersebut merupakan untuk yang kedua kalinya. Setelah sebelumnya dibangun akan tetapi berakhir Mangkrak . Hingga menimbulkan banyak praduga, dikemanakan Duit Negara yang berasal dari Rakyat. Hingga Pembangunan dibiarkan terbengkalai cukup lama, sebelum tragedi Tsunami Tahun 2018 lalu disusul dengan Tragedi Pandemi Corona Virus.
Kini Pembangunan RSUD dilanjutkan. Hanya saja harus menumbalkan sebuah Gedung yang berafiliasi pada pencerdasan Anak Bangsa, yang berdiri sejak Tahun 1977 lalu. Yaitu Taman Kanak - Kanak Pertiwi Kuntum Harapan milik Yayasan Dharma Wanita. Berikut Cagar Budaya Kantor Eks Wedana Caringin era Kresidenan Banten.
TK Pertiwi dibongkar, di bumi ratakan, tanpa jejak, hingga menimbulkan kesan ternyata Harga perintisan, jasa pembentukan hanya dibayar oleh petaka demi tuntutan situasi. Hingga TK yang saat ini memiliki 10 Orang Putra Putri itu harus belajar disebuah Gedung yang jauh dari kata layak, dari kata pantas, terseret hingga menempati Gedung eks Kantor Desa Labuan dengan status lahan milik Daop Kereta Api. Padahal Jika berani membongkar harus berani membangun. Berani menyuruh pindah, harus berani merelokasi.
Dikatakan Almamater TK Pertiwi BN. " Kami alumnus dari TK itu hanya merasa sedih, hanya merasa duka, hanya merasa prihatin. Kenapa tidak ada yang peduli, Kenapa tidak Orang yang memperhatikan, kenapa tidak ada Orang yang memprotes. " Ungkapnya. BN sendiri selain Almamater TK Pertiwi, sekaligus sebagai Netizen. / Bersambung (MR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar