Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jacob Ereste : Pembohong Itu Sama Dengan Koruptor Yang Tidak Lagi Bisa Mendapat Kepercayaan Publik

Sabtu, 19 April 2025 | 02.27 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-18T19:27:26Z

 




kontakpublik.id, SERANG--Diskusi dengan AI (artificial Intelligence) sekedar ingin mencari tahu apakah sejauh mana sikap  kejujuran manusia dibanding mesin kecerdasan (buatan) dari teknologi yang memungkin mesin atau komputer melakukan tugasnya menyediakan data, mengenali pola, membuat keputusan dan mengerti bahasa alami seperti yang digunakan dalam berbagai aplikasi seperti asisten virtual yang biasa disebut siri atau Alexa.


Kemudian pengenalan wajah, sistem rekomendasi  Netflix dan spotify hingga kendaraan otonom. Netflix sendiri adalah sistem layanan streaming video online yang menawarkan berbagai konten. Sehingga pengguna dapat menonton konten tersebut tanpa dibatasi oleh waktu, sehingga pengguna dapat menonton konten tersebut kapan pun, tiada terikat dengan jadual tayangan aslinya.


Kehadiran AI ternyata ada manfaatnya ketika ada pertanyaan yang perlu dilakukan, ketika pertanyaan itu tidak dapat diperoleh di kelas atau ruang seminar atau sejenis forum diskusi lainnya. Pendek kata, AI dapat menjadi kawan diskusi, ketika dialog konvensional tidak bisa menjawab pertanyaan secara jujur dan terbuka, kendati sangat mungkin sejumlah resume yang dibuat AI tidak sepenuhnya bisa disepakati atau bahkan tidak pula memuaskan dalam menjawab pertanyaan yang kita ajukan.


Diskusi tentang kebohongan jadi menarik juga bersama AI, karena dia bisa mengurai alasan mengapa ada orang yang harus berbohong. Minimal, alasannya dari orang yang merasa perlu berbohong itu karena ingin mendapatkan keuntungan atau mencapai tujuan tertentu. Berikutnya adalah untuk menghindari rasa malu atau kehilangan harga diri. Kendati akibat dari kebohongan yang dia lakukan itu dapat membuat dirinya menjadi sangat malu bahkan justru membuatnya jadi kehilangan harga diri ketika kebohongan itu diketahui orang banyak.


Kecuali itu, AI juga mengatakan akibat dari kebohongan itu bisa merusak kepercayaan orang banyak. Karena konsekuensinya dari kebohongan itu tak jauh berbeda dengan ngibul -- sebuah istilah informal yang berarti berbohong juga artinya -- karena keduanya adalah perbuatan yang dilakukan tidak benar. Karena ngibul juga perbuatan penipuan terhadap orang lain.  Konsekuensi logis dari kebohongan yang dilakukan itu memang bisa jadi pendorong untuk melakukan kebohongan berikutnya hanya untuk menutupi kebohongan semula yang sudah terkuat dan dianggap menjadi masalah bagi orang lain. Apalagi kebohongan itu dilakukan oleh pejabat publik.


Yang lebih penting dari perbuatan bohong itu menghancurkan -- bukan hanya kepercayaan publik -- tetapi juga kredibilitas yang bersangkutan jadi hancur lebur, tak hanya dalam pandangan warga masyarakat, tetapi juga bagi anak, istri dan cucu serta keturunannya sampai lapisan ketujuh. Lalu karmanya pun begitu akan ditanggung oleh anak dan cucu hingga tujuh turunan tidak mungkin terhapus.


Akibatnya tentu saja yang bersangkutan jadi stress -- belakang baru menyusul rasa bersalah dan penyesalan -- apalagi ketika karma dan azab mulai merundung anak dan cucu hingga tujuh turunannya itu. Sebab kebohongan awal telah melahirkan kebohongan-kebohongan baru. Apalagi tindak kebohongan itu terancam akan mendapat sanksi hukum negara yang berlaku.


Jadi, dampak dari kesehatan mental yang telah melakukan kebohongan terhadap publik itu sungguh berat sanksinya, terutama pada kesehatan mental dan spiritual yang bersangkutan dengan meningkatnya tingkat kecemasan dan stress yang terus berlarut-larut jadi menambah beban jasad masuk ke liang kubur, tiada pernah ada permaafan dari setiap orang yang ikut merasakan kerugian atas kebohongannya itu.


Kebohongan itu cuma    semacam solusi termudah untuk jangka pendek, utamanya bagi pejabat publik. Sebab tak mungkin bisa langgeng dalam membangun reputasi untuk hari esok. Itulah sebabnya mereka yang pernah dibui karena korupsi, sulit diterima kehadirannya dihadapan publik. Kecuali bagi mereka yang memang bermula tembok. Tak tahu malu.Banten, 17 April 2025 (red)

×
Berita Terbaru Update